Selalu saja sehabis tahun baru, umur saya bertambah satu tahun. Tanggal 2 Januari adalah hari kelahiran saya. Ini sesuatu yang istimewa, karena saya bisa mengingatnya terus menerus, bahwa perayaan ulang tahun saya satu hari setelah orang-orang meniup terompet.
Sebagai layaknya orang kampung, masih seperti pada tahun-tahun sebelumnya, ulang tahun saya kali ini tanpa perayaan. Maksud saya, tak ada kue tart, sebatang lilin, para undangan, atau pun sebuah kado, bahkan dari orang-orang tersayang sekalipun. Dan bagi saya, esensi ulang tahun memang bukan pada benda-benda itu. Yang terpenting adalah sebuah refleksi.
Orang tua saya, seperti halnya kebanyakan orang-orang Madura, memang tak pernah memperingati sebuah ulang tahun. Bahkan, lebih sering mereka lupa untuk memberitahu kami, anak-anaknya yang masih kanak-kanak, bahwa hari ini adalah ulang tahunnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan orang-orang kota yang selalu merasa harus memberikan sebuah kejutan kepada anggota keluarganya yang sedang berulang tahun.
Karena terdidik dalam kebiasaan seperti itu, akhirnya saya juga tak punya greget untuk merayakannya. Toh, saya kira hal itu tidaklah terlalu penting. Apalagi sampai membikin sebuah acara meriah dengan melibatkan banyak orang.
Justru, bagi saya, momen ulang tahun mestinya adalah momen ketersendirian. Keterasingan dari hiruk-pikuk manusia memungkinkan kita bisa lebih suntuk menelaah perkara-perkara jelek yang telah kita lakukan di masa lalu. Seberapa jauh kita memanfaatkan umur satu tahun yang telah usai dijalani.
Mungkin, atas kesadaran di atas, beberapa kawan melakukan ritual puasa untuk memperingati hari kelahirannya. Itu saya kira lebih baik dibandingkan dengan perayaan yang hura-hura.
Memang, beberapa tahun terakhir ada sejumlah kawan yang merayakan ulang tahun layaknya orang-orang kota. Mereka meniup lilin dan memotong kue. Ini adalah tradisi baru dalam kehidupan kampung saya yang mungkin dibawa oleh televisi ke dalam rumah kami masing-masing. Saya mencurigai televisi karena selalu ia yang menjadi sebab-musabab adanya hal-hal baru yang diadopsi oleh anak-anak di kampung saya.
Dalam momen refleksi, saya selalu membenci diri sendiri. Hal itu berangkat dari rekam ingatan perjalanan hidup setahun sebelumnya yang selalu saya lewati dengan hal-hal tak berarti. Sedikit sekali hal-hal positif yang saya lakukan. Dan saya hanya bisa merutuk untuknya, karena saya tak mungkin mengulang kehidupan pada tahun yang sama. Yang bisa saya lakukan hanyalah berpikir untuk lebih baik di masa depan.
Saya mungkin termasuk orang yang kurang peduli terhadap sebuah resolusi. Di milad dan tahun baru kali ini, saya tidak punya rencana-rencana besar di masa depan. Tak ada rekaan kapan saya menikah, menyudahi kuliah, membikin skripsi, dsb. Saya hanya ingin menjalani hidup mengalir saja. Rencana-rencana itu akan saya lakukan di tengah jalan. Ini kebiasaan buruk yang kadang menjerumuskan saya.
Di akhir catatan ini, saya ingin meminta maaf kepada keluarga, guru, teman-teman dan para blogger atas sejumlah kesalahan yang saya lakukan. Maaf kalian tentu saja tak ada balasannya, kecuali pahala dari Yang Kuasa. Semoga.
Madura, 02 Januari 2012
Bacau juga:
:: Milad ke-24
Mungkin, atas kesadaran di atas, beberapa kawan melakukan ritual puasa untuk memperingati hari kelahirannya. Itu saya kira lebih baik dibandingkan dengan perayaan yang hura-hura.
Memang, beberapa tahun terakhir ada sejumlah kawan yang merayakan ulang tahun layaknya orang-orang kota. Mereka meniup lilin dan memotong kue. Ini adalah tradisi baru dalam kehidupan kampung saya yang mungkin dibawa oleh televisi ke dalam rumah kami masing-masing. Saya mencurigai televisi karena selalu ia yang menjadi sebab-musabab adanya hal-hal baru yang diadopsi oleh anak-anak di kampung saya.
Dalam momen refleksi, saya selalu membenci diri sendiri. Hal itu berangkat dari rekam ingatan perjalanan hidup setahun sebelumnya yang selalu saya lewati dengan hal-hal tak berarti. Sedikit sekali hal-hal positif yang saya lakukan. Dan saya hanya bisa merutuk untuknya, karena saya tak mungkin mengulang kehidupan pada tahun yang sama. Yang bisa saya lakukan hanyalah berpikir untuk lebih baik di masa depan.
Saya mungkin termasuk orang yang kurang peduli terhadap sebuah resolusi. Di milad dan tahun baru kali ini, saya tidak punya rencana-rencana besar di masa depan. Tak ada rekaan kapan saya menikah, menyudahi kuliah, membikin skripsi, dsb. Saya hanya ingin menjalani hidup mengalir saja. Rencana-rencana itu akan saya lakukan di tengah jalan. Ini kebiasaan buruk yang kadang menjerumuskan saya.
Di akhir catatan ini, saya ingin meminta maaf kepada keluarga, guru, teman-teman dan para blogger atas sejumlah kesalahan yang saya lakukan. Maaf kalian tentu saja tak ada balasannya, kecuali pahala dari Yang Kuasa. Semoga.
Madura, 02 Januari 2012
Bacau juga:
:: Milad ke-24