Breaking

Sunday, September 4, 2016

Keluarga Pengerek Bendera Saat Proklamasi: Ilyas Karim Tak Terlibat Pengibaran.

Keluarga pengerek bendera saat proklamasi, Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo, meluruskan informasi tentang Ilyas Karim. Ilyas yang mengaku bercelana pendek pada foto legendaris pengerekan bendera saat proklamasi kemerdekaan, dikatakan keluarga Latief dan Suhud, tak terlibat. "Dalam foto di Museum Juang, tertulis nama pengibar bendera adalah Kolonel Latief dan Suhud. Itu institusi yang resmi yang mengeluarkannya. Cek saja di sana," demikian kata Irawan Suhud, putera kelima Suhud Sastro Kusumo. Irawan Suhud mengatakan hal itu di Caffe Bene, Lotte Shopping Avenue, Jl Prof Dr Satrio, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (3/9/2016). Irawan saat itu didampingi Citro Seno Hendraningrat, putra ketiga Kolonel Abdul Latief Hendraningrat, serta Nidjo Sandjojo, menantu Latief Hendraningrat yang juga penulis buku "Abdul Latief Hendradiningrat, Sang Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945". Irawan melanjutkan, dia pernah mendengarkan cerita ayahnya saat menjadi pengibar bendera pada 17 Agustus 1945. "Ayah saya pernah cerita, ayah saya memang tidak ingin diekspos. Beberapa kali dia meminta bercerita oleh orang lain atau media, tapi tidak mau. 'Saya (Suhud) di situ karena kebetulan saya di situ. Jadi siapa saja sebenarnya bisa. Pak Sudiro yang minta. Dia mempersiapkan bambunya dan segala macam'," lanjut Irawan menirukan sebagian cerita ayahnya. Irawan juga mengetahui kiprah ayahnya itu dari rekaman wawancaranya dengan RRI tahun 1995, setelah ayahnya meninggal tahun 1986. Saat itu, Irawan mengetahui ayahnya mengibarkan bendera saat proklamasi berusia 25 tahun, karena lahirnya diketahui tahun 1920. Sedangkan Nidjo, menantu Latief yang juga penulis buku ayah menantunya sebagai pengibar bendera pusaka mengatakan, Ilyas Karim mulai muncul dan mengaku sebagai pengibar bendera pusaka saat Proklamasi, pada tahun 2008 lalu. "Saya mengecek di Kemenhan, sampai saya cek di Dinas Sejarah TNI AD. Lihat dari umur, umur Ilyas 89, mengaku mengibarkan bendera saat 18 tahun. Semua anggota TNI punya NRP (Nomor Registrasi Pokok). Semua pensiunan dibayar oleh Asabri (Asuransi ABRI). Kalau dia dapat tunjangan, tunjangan dari mana? Kalau dari Asabri, nggak ada namanya," jelas Nidjo. Nidjo menambahkan dirinya juga alumni tentara tahun 1976 dan masih memiliki data pensiunan ABRI saat itu. "Saya dulu kerja di Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kemhan, yang mengelola data tentang pertahanan, termasuk yang mengurusi data pensiun. Saya punya data Pak Ilyas Karim," jelasnya. Data pensiunan ABRI yang dipaparkan Ilyas Karim, menurut Nidjo, adalah punya orang lain. "Ilyas Karim pensiun nomor ini, punya nomor orang Lain. Sebenarnya itu miliknya orang lain. Itu diragukan kalau dia mengaku letkol, di Senen juga bisa beli seragam. NRP yang dipakai Pak Ilyas Karim itu 13685. Itu sebenarnya NRP Letda Sjair," ungkapnya. Nidjo menambahkan, Latief pernah menuliskan pengalaman pribadinya sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ayah menantunya itu menuliskan nama Suhud. "Ketika Bung Karno selesai membacakan Proklamasi, tiba-tiba seorang pemuda dan seseorang pemudi datang berbaris kedepannya. Sang pemudi membawa baki berisikan sang dwi warna yang dilipat dengan rapih. Sang pemuda kami kenal bernama Suhud, sang pemudi tidak saya kenal," kata Nidjo menuturkan tulisan Latief. Irawan Suhud kembali menambahkan, keluarganya dan keluarga Latief tidak masalah bila Ilyas Karim mengaku pejuang, namun keberatan bila mengaku pengibar bendera. "Yang mengibarkan bendera ini adalah ayah kami. Kami nggak masalah kalau dia mengaku pejuang. Tapi keberatan kalau mengaku pengibar bendera," tuturnya. Suhud, ditambahkan Irawan bukan dari satuan Pembela Tanah Air (Peta) namun dari Barisan Pelopor. Pihaknya berkeberatan atas pengakuan Ilyas Karim, terlebih bila pengakuan itu dilakukan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. "Barisan Pelopor itu pengawal soekarno. Ilyas Karim mengatasnamakan orangtua kami, entah untuk apa, maka kami akan meluruskan. Kalau akhirnya ada untuk keuntungan, kami keberatan. Kan ada yang nggak tahu muka ayah saya. Kami keberatan kalau (Ilyas Karim) mengatasnamakan pengibar bendera," tandas dia. Sumber tulisan Detik.com.Arief Ikhsanudin - detikNews