Pengertian, Struktur, Macam-Macam, dan Unsur Kebahasaan Drama
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian, struktur, dan macam-macam drama. Sebagian besar penjelasan di sini diambil dari buku pelajaran bahasa Indonesia Kelas XI dengan beberapa penambahan. Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu Anda memahami tentang apa dan bagaimana drama itu.
Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat’, ‘berlaku’, atau ‘bertindak’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian lain, drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton.
Struktur Drama
Sebagaimana jenis teks lainnya, drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis. Susunan bagian drama tersebut sebenarnya merupakan salah satu unsur drama pula, yakni yang biasa disebut dengan alur.
Seperti juga bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Ketiga bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yaitu prolog dan epilog.
1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Selain kedua hal di atas, dalam drama terdapat dialog. Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi (denoument). Bagian-bagian itu terbagi dalam babak-babak dan adegan-adegan. Satu babak biasanya mewakili satu peristiwa besar dalam dialog yang ditandai oleh suatu perubahan atau perkembangan peristiwa yang dialami tokoh utamanya. Adapun adegan hanya melingkup satu pilihan-pilihan dialog antar beberapa tokoh.
1. Orientasi suatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi suatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
3. Resolusi atau denoument hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks ( turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
Pengarang dapat menggunakan teknik flashback atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.
Baca: Pengertian dan Unsur-Unsur Puisi
Unsur-Unsur Drama
Drama dibangun oleh beragam unsur, yaitu:
Macam-Macam Drama
Drama memiliki beragam bentuk. Berikut ini akan dijelaskan bentuk-bentuk tersebut.
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula bagian prolog dan epilognya.
Fitur-fitur kebahasaan dalam drama memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Lain halnya dengan dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua, seperti saya, kami, kita, Anda. Mungkin juga digunakan kata sapaan penembahan.
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan (seperti: Ah,ya!, Ampun seribu ampun!, Bagus! Bagus!, Atas dasar kekuatan!, Jangan khawatir, Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan, Sri…. Ratu Dara?, Bagaimanakah keadaan mereka?).
Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.
Unsur-Unsur Pementasan Drama
Unsur pementasan drama meliputi sutradara, naskah, pemain (aktor), penata panggung, penata musik/suara, penata cahaya, penata rias, dan penata konstum.
Nah, itulah penjelasan mengenai pengertian, unsur-unsur, dan struktur kebahasaan drama. Mudah-mudahan penjelasan ini bisa bermakna buat Anda. Selamat membaca dan mempelajari. Untuk tetap mendapatkan artikel-artikel terbaru tentang bahasa Indonesia, silakan simak terus laman ini.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian, struktur, dan macam-macam drama. Sebagian besar penjelasan di sini diambil dari buku pelajaran bahasa Indonesia Kelas XI dengan beberapa penambahan. Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu Anda memahami tentang apa dan bagaimana drama itu.
Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat’, ‘berlaku’, atau ‘bertindak’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian lain, drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton.
Struktur Drama
Sebagaimana jenis teks lainnya, drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis. Susunan bagian drama tersebut sebenarnya merupakan salah satu unsur drama pula, yakni yang biasa disebut dengan alur.
Seperti juga bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Ketiga bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yaitu prolog dan epilog.
1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Selain kedua hal di atas, dalam drama terdapat dialog. Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi (denoument). Bagian-bagian itu terbagi dalam babak-babak dan adegan-adegan. Satu babak biasanya mewakili satu peristiwa besar dalam dialog yang ditandai oleh suatu perubahan atau perkembangan peristiwa yang dialami tokoh utamanya. Adapun adegan hanya melingkup satu pilihan-pilihan dialog antar beberapa tokoh.
1. Orientasi suatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi suatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
3. Resolusi atau denoument hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks ( turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
Pengarang dapat menggunakan teknik flashback atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.
Baca: Pengertian dan Unsur-Unsur Puisi
Unsur-Unsur Drama
Drama dibangun oleh beragam unsur, yaitu:
- Latar
- Penokohan
- Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil), yaitu tokoh yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain.
- Tokoh idaman (the type character), yaitu tokoh yang berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
- Tokoh statis (the static character), yaitu tokoh yang memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.
- Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan budiman.
- Dialog
- Tema
- Pesan atau Amanat
Macam-Macam Drama
Drama memiliki beragam bentuk. Berikut ini akan dijelaskan bentuk-bentuk tersebut.
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
- Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
- Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa
- Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
- Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
- Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
- Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
- Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
- Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
- Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
- Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.
- Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog
- Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik.
- Drama baca, yaitu naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
- Drama borjuis, yaitu drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
- Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
- Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
- Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
- Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
- Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat.
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula bagian prolog dan epilognya.
Fitur-fitur kebahasaan dalam drama memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Lain halnya dengan dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua, seperti saya, kami, kita, Anda. Mungkin juga digunakan kata sapaan penembahan.
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan (seperti: Ah,ya!, Ampun seribu ampun!, Bagus! Bagus!, Atas dasar kekuatan!, Jangan khawatir, Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan, Sri…. Ratu Dara?, Bagaimanakah keadaan mereka?).
Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.
- Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
- Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
- Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
- Menggunakan kata-kata sifat (descritive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
Unsur-Unsur Pementasan Drama
Unsur pementasan drama meliputi sutradara, naskah, pemain (aktor), penata panggung, penata musik/suara, penata cahaya, penata rias, dan penata konstum.
- Naskah yang akan dipentaskan
- Sutradara
- Aktor dan aktris
- Kostum
- Tata Rias
- Panggung
- Tata Lampu
- Tata Suara
- Penonton
Nah, itulah penjelasan mengenai pengertian, unsur-unsur, dan struktur kebahasaan drama. Mudah-mudahan penjelasan ini bisa bermakna buat Anda. Selamat membaca dan mempelajari. Untuk tetap mendapatkan artikel-artikel terbaru tentang bahasa Indonesia, silakan simak terus laman ini.