Sampah menjadi isu yang tak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Semua lapisan masyarakat merasakan langsung dampak yang ditimbulkan bila sampah tak terkelola dengan tepat. Mulai dari sebatas pemandangan yang tak sedap akibat tumpukan sampah liar, hingga bencana banjir. Tidak lupa, lebih dari satu decade yang lalu pun pernah terjadi bencana yang tidak terbayangkan sebelumnya; peristiwa longsornya TPA Leuwigajah di Kota Cimahi.
Perbaikan Sistem Pengelolaan Sampah Sebagai Bentuk Pelayanan Publik
Sistem pengelolaan sampah yang saat ini berjalan di tengah masyarakat merupakan salah satu bentuk pelayanan publik pemerintah kepada masyarakat. Peristiwa longsornya TPA Leuwigajah telah cukup memberikan gambaran, betapa pentingnya pengelolaan sampah yang terintegrasi. Dalam hal ini, Kepala DInas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Muhamad Ronny, menyatakan keteguhannya untuk pengelolaan sampah yang lebih baik. “Kami berkomitmen dalam pengelolaan sampah di kawasan, terutama dalam hal pengurangan sampah…”
(Petugas Patroli Lingkungan Hidup (Patih) DLH Cimahi saat sedang memonitor pemilahan sampah dari rumah warga.) |
Komitmen serupa pun datang dari Kepala Bidang DLHK Kota Bandung, Sopyan, yang memang sudah menjadikan isu pengelolaan sampah sebagai fokus utama. Sopyan mengungkapkan, DLHK sedang mencoba melakukan peningkatan pelayanan pengelolaan sampah, diantaranya dengan mengoptimalkan pengumpulan terpilah dari rumah. Lebih lanjut, akan ada integrasi pada keseluruhan sistem pengelolaan sampah di Kota Bandung, mulai dari pengumpulan, pengangkutan, hingga fasilitas operasional pendukung seperti TPS. “Selama ini masih ada yang bolong dalam sistem, itu yang perlu dilengkapi...”
Alasan Kuat Dibalik Komitmen Pengelolaan Sampah
Sopyan mengungkapkan bahwa pihak pemerintah memiliki beragam alasan untuk menjalankan perbaikan pengelolaan sampah. Ia menekankan, alasan yang paling utama adalah karena tingginya biaya operasional pengangkutan, mengingat Kota Bandung tidak memiliki TPA. Sopyan juga memprediksi akan adanya kenaikan biaya operasional dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, yang disebabkan oleh pemindahan TPA ke Legok Nangka.
Sopyan juga menambahkan bahwa setidaknya 50% sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah organis. Ia yakin, jika jumlah sampah organis dapat dikelola di wilayah, maka akan mengurangi beban pembuangan ke TPA. Senada dengan Sopyan, Kepala PD Kebersihan, Gun Gun Saptari, juga yakin bahwa sampah memang sudah seharusnya ditangani sejak dari sumber. “Pola campur kumpul, angkut buang, bukan solusi yang terbaik… kita gak mungkin terus andalkan TPA…”
(Kondisi sampah di TPA Sarimukti yang makin bertambah dari hari ke hari)
Apa yang Perlu Dilakukan Masyarakat untuk Mendukung Perbaikan Pengelolaan Sampah ?
Pemerintah, baik di Kota Bandung dan Kota Cimahi, saat ini sedang berusaha untuk memperbaiki pengelolaan sampah. Perbaikan ini mulai dari tata kebijakan seperti JAKSTRANAS dan JAKSTRADA, peningkatan operasional pengelolaan sampah, hingga penyediaan fasilitas pendukung pengelolaan sampah. Selagi pemerintah berupaya untuk meningkatkan pelayanan mereka, kita sebagai masyarakat diajak untuk melakukan upaya sederhana di rumah; pemilahan sampah. Sopyan berujar “… Untuk dukung sistem ini, masyarakat cukup melakukan pemilahan sampah saja, selagi pemerintah meningkatkan perannya (dalam pengelolaan sampah)…”.
(Pemilahan dari rumah mempermudah pengelolaan sampah selanjutnya)
Yuk pilah sampah dari rumah!