Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang VPS (Virtual Private Server). VPS adalah teknologi server side tentang sistem operasi dan perangkat lunak yang memungkinkan sebuah mesin dengan kapasitas besar dibagi ke beberapa virtual mesin. Basis VPS adalah teknologi virtualisai, yaitu teknologi yang memrogram kapasitas satu server fisik menjadi infrastruktur hosting penyuplai beberapa server virtual sekaligus.
VPS solusi bagi user yang mencari fasilitas dan spesifikasi hosting melalui tipe shared hosting, dengan harga relatif terjangkau.
Konfigurasi
- Pertama install fitur Hyper-V terlebih dahulu pada server dengan cara add roles.
- Setelah itu klik Add Features.
- Jika ada pop-up seperti dibawah ini maka anda harus menginstallnya melalui PowerShell.
- Cari PowerShell ISE dan jalankan.
- Pertama tulis script ini pada powershell :
- Enable-WindowsOptionalFeature -Online -FeatureName Microsoft-Hyper-V -All -NoRestart lalu enter. Tunggu proses pengaktifan hyper-v beberapa saat.
- Script kedua untuk menginstall fitur RSAT (Remote Server Administration Tools) hyper-v.
- Install-WindowsFeature RSAT-Hyper-V-Tools -IncludeAllSubFeature, lalu enter.
- Script ketiga masukkan script ini pada powershell :
- Install-WindowsFeature RSAT-Clustering -IncludeAllSubFeature, lalu enter.
- Script keempat untuk menginstall Multipath I/O.
- Install-WindowsFeature Multipath-IO, lalu enter.
- Script kelima adalah merestart komputer.
- Restart-Computer, lalu enter.
- Setelah di restart kita cek lagi apakah Hyper-V sudah terinstall atau belum pada add roles.
- Kemudian ke tab tools kemudian pilih Hyper-V Manager untuk membuka awal virtualisasi.
- Setelah itu kita akan masuk ke menu Hyper-V.
- Kita buat virtual switch dahulu untuk berkomunikasi dengan komputer lain.
- Ada 3 tipe virtual switch yakni :
- External bisa langsung terhubung dengan VM Server berada diluar host dan sebaliknya.
- Internal menghubungkan VM dengan VM pada server fisik yang sama dan sebaliknya.
- Private menghubungkan VM dengan VM pada server fisik yang sama.
- Kita buat VM switch external lalu pilih koneksinya menggunakan wireless atau LAN.
- Muncul pop-up Pending changes may disrupt network yang menjelaskan akan ada perubahan penambahan interface network dan perubahan ip static berubah secara otomatis ke dalam virtual switch.
- Verifikasinya dengan mengecek interface ethernet akan berpindah secara otomatis pada virtual switch hyper-v.
- Create virtual switch telah selesai selanjutnya membuat VM pada hyper-v.
- Jika sudah kita lanjut ke tahap kedua, klik next untuk melanjutkan.
- Beri nama untuk VM yang akan dibuat, dan juga tempat untuk menaruh filenya.
- Kemudian pilih Generation 1 ini sudah disesuaikan dengan setting biosnya.
- Masukkan besarnya RAM yang ingin anda gunakan, saya menyarankan untuk tidak terlalu besar, karena itu bisa membebankan device fisik nya.
- Setelah itu masukkan network yang telah dibuat tadi.
- Sesuaikan harddisk yang diinginkan misal 110 GB.
- Setelah itu pilih ISO untuk Virtual Machine tersebut.
- Setelah itu akan ada ringkasan tentang VM yang anda buat, pastikan telah sesuai dengan yang anda inginkan.
- Selanjutnya aktifkan VM yang sudah dibuat dengan cara klik Connect.
- Klik tombol start untuk memulai.
- Akan muncul tampilan awal Hyper-V.
- Selanjutnya kita install windows seperti biasanya.
- Setelah itu lihat kembali ke menu Virtual Machine Hyper-V, dan lihat apakah VM berjalan atau tidak.
- EXPORT & IMPORT VM
- Klik kanan pada VM yang ingin di export, lalu klik export.
- Pilih folder untuk menempatkan hasil export VM.
- Pada menu awal Hyper-V pilih tab Import Virtual Machine.
- Pilih folder tempat anda menyimpan hasil export.
- Kemudian pilih VM yang akan diimport. Kebetulan disini hanya ada 1 VM dalam folder saya menyimpan VM.
- Tentukan tipe import, disini kita pilih Copy the virtual machine dengan membuat unique ID baru.
- Untuk Choose Destination kita biarkan default saja.
- Kemudian tentukan folder untuk menyimpan VM yang akan diimport.
- Akan ada ringkasan seperti sebelumnya, pastikan semuanya sesuai keinginan anda.
- Kemudian kita cek ke Hyper-V, sekarang kita punya 2 Debian, dan yang diimport berhasil running.
-INSTALL MIKROTIK ROUTEROS
- Pada menu Hyper-V kita buat terlebih dahulu VM yang baru, dengan cara klik kanan pada host/server lalu klik New > Virtual Machine.
- Beri nama VM dan tentukan folder untuk menempatkan filenya.
- Kita samakan seperti sebelumnya, kita pilih generation 1.
- Tentukan ukuran RAM. Untuk MikroTik RouterOS dengan penggunaan yang tidak terlalu berat, beri saja ukuran RAM kecil agar tidak memberatkan server fisik. Jika nanti resource (dalam hal ini RAM) kurang, nanti bisa ditambah sesuai kebutuhan.
- Masukkan network adapter, yaitu Virtual Switch yang kita buat sebelumnya.
- Nah, disinilah yang membedakan instalasi OS biasa seperti Windows dan Linux dengan RouterOS. Karena RouterOS kita sudah berbentuk virtual hardisk (vhd), maka disini kita masukkan vhd tersebut. Sama seperti instalasi RouterOS di VirtualBox, tapi hanya beda prosedurnya saja.
- Cek kembali, pastikan semuanya sesuai dengan yang anda setting.
- Kita coba jalankan VMnya, klik kanan lalu pilih Connect.
- Kemudian klik tombol Start untuk menyalakan VM.
- Oke, VM sudah berhasil dinyalakan, dan dapat dijalankan.
- Berikut adalah tampilan login RouterOS, karena ini default makan login nya adalah admin, dan passwordnya kosong.
- Dan berikut adalah tampilan saat sudah login. Dan kita sudah bisa melakukan konfigurasi MikroTik RouterOS seperti biasa dengan menggunakan CLI (Command Line Interface).
- Di Hyper-V Manager juga sudah terlihat bahwa VM sudah running dan terlihat jumlah CPU yang terpakai serta durasi uptime dari VM tersebut.
LAB : MENGGUNAKAN MIKROTIK ROUTEROS (CHR) DI HYPER-V
Pada lab kali ini, kita akan melakukan percobaan untuk melakukan konfigurasi CHR (Cloud Hosted Router) di lingkungan virtual, agar bisa digunakan layaknya router asli (dedicated router). CHR disini akan bertindak sebagai gateway bagi server-server virtual yang dipasang di Hyper-V. Kita akan membuat skenario seperti pada topologi dibawah ini.
1. Kita coba install beberapa VM, yaitu CHR, 2 Windows Server dan 2 Linux seperti dibawah ini.
2. Kemudian kita arahkan 1 interface CHR ke Eksternal (untuk terhubung ke internet), dan 1 interface ke Internal atau Private (untuk terhubung ke VM).
Sedangkan untuk 4 VM lainnya (2 Windows Server dan 2 Linux) cukup arahkan interface ke Internal atau Private, seperti dibawah ini.
3. Kemudian login ke CHR dan lakukan konfigurasi.
Pastikan kedua interface telah aktif (running).
Masukkan IP Address, disini ether1 saya arahkan ke network public, dan ether2 ke lokal sebagai gateway bagi VM yang akan dihubungkan.
Masukkan DNS server, disini saya mengarahkan ke router gateway, dan menceklist Allow Remote Request agar client bisa menggunakan DNS dan CHR akan menyimpan cache DNS.
Pada tab Firewall > NAT, pasang action=masquerade dan out.interface=ether1 agar IP lokal dapat diterjemahkan.
Pada menu Route List, masukkan IP router gateway untuk mengarahkan jalur ke internet.
Pada tab DHCP, klik DHCP Setup dan arahkan ether2 untuk di DHCP kan, agar client mendapatkan IP dari ether2 (IP lokal).
4. Selanjutnya kita lakukan konfigurasi DHCP Client pada setiap VM, untuk caranya kalian bisa search di mbah google yak... Oke lanjut, setelah dikonfigurasi, pastikan setiap VM dapat IP dari CHR, dan bisa mengakses ke internet.
Untuk Debian saya mendapatkan IP 10.10.10.8/24
Windows Server 2012 mendapatkan IP 10.10.10.7/24
Windows Server 2016 mendapatkan IP 10.10.10.6/24
CentOS mendapatkan IP 10.10.10.5/24
5. Oke, semua VM sudah mendapatkan IP dan sudah bisa mengakses ke internet. Kemudian kita akan coba mengecek kebutuhan resource server yang digunakan untuk menjalankan ke 5 VM tersebut.
Untuk CPU kita bisa melihat bahwa saya memakai rata-rata 24%.
Dan untuk RAM saya menggunakan rata-rata 75%, dari 8 GB terpakai 6 GB.